Sarjana Tapi Pengangguran

Sumber Freepik.com

Sepertinya bukanlah hal biasa jika kita tidak bekerja menjadi bahan gunjingan tetangga, apalagi menjadi seorang Sarjana, pastilah banyak sekali cemooh yang keluar dari mulut tetangga, seperti “Percuma sekolah dukur-dukur, ujung-ujunge ya nganggur, koyok iku Sarjana tapi pengangguran”. Terlebih kata-kata seperti ini akan sering terdengar, apalagi di Surabaya

Pengangguran orang akan menilai demikian jika kita hanya berdiam diri dirumah, jika kita berangkat pagi dan pulang sore, akan dianggap bekerja, kadang jika bertemu pertanyaan yang sering muncul seperti demikian “Sekarang kerja dimana?” hahaha pertanyaan yang menyudutkan menurut saya.

Sebagai lulusan Sarjana emang patut di buat bangga, kita mendapatkan gelar tambahan setelah menyelesaikan kuliah, entah itu 3,5 tahun, 4 tahun, atau bahkan lebih, tapi menjadi Sarjana dan memutuskan bekerja atau tidak adalah sebuah pilihan seseorang, bukan pilihan tetangga dong.

Seperti saya Lulusan S1 Informatika, saya lulus 5 tahun lalu (woooowww sangat lama sekali) pernah merasakan bekerja, iya dong pasti pernah merasakan bekerja, saya pernah bekerja di perusahaan, pernah juga di bayar sedikit yang penting kerja dan punya pengalaman pikirku begitu, sejak kuliahpun saya sudah part time untuk dapatkan uang jajan tambahan, walaupun gak butuhpun saya tetep ingin bekerja part time pada masa itu.

Bekerja bukanlah hal yang patut kita harus junjung tinggi, karena setiap manusia punya rejekinya masing-masing, ada yang pekerjaanya sangat enak sekali dan ada juga yang tidak enak, terakhir kali saya bekerja sebagai Marketing Komunikasi atau bisa disebut sebagai PR (Public Ralatonship) disalah satu official merchandise klub sepak bola profesional di tempat saya, woooww pekerjaanya menyenangkan, tapi saya tidak punya waktu untuk keluarga, disitu saya akan terus berfikir bagaimana, jika saya sudah berkeluarga, apakah saya sanggup bekerja seperti ini terus menerus? Dan ternyata TIDAK.

Setelah memutuskan untuk tidak bekerja dan juga menikah, saya hanya mengandalkan bisnis online, saya hanya mampu menghasilkan sebulan Rp 500.000 atau bahkan kurang, tapi saya bertahan dengan itu, dari gaji Rp 3.000.000 menjadi Rp 500.000 bukanlah hal mudah, tapi karena keputusan sudah bulat untuk tidak bekerja lagi ya sudah dinikmati dengan cara yang ada. Selain berbisnis online yaitu kacamata, sejak lama saya bermain survey dan mengunpulkan point dari hasil survey, point yang terkumpul saya simpan dan saya cairkan menjadi dollar, lumayan dong $10 aja sudah kelihatan mata.

Dan setelah menikah, saat itu undangan pernikahan kami hasil buatan tangan kami sendiri, akhirnya pada awal tahun 2019, kami memutuskan untuk mencoba menjual undangan kami pada waktu itu dengan harga Rp 2.000/pcs, kami hanya menggunakan marketplace shopee untuk julan, dan ternyata hasilnya diluar perkiraan kami, justru hasil dari berjualan undangan melebihi gaji saya waktu itu, alhasil saya bukan pengangguran dirumah, saya memiliki segudang kegiatan yang tidak orang luar ketahui, salah satunya adalah ngeblog, jasa percetakan undangan, ngisi survey, sebagai konten kreator makeup, karena saya mengikuti komunitas beauty.

Sumber Freepik.com

Biarlah orang berkata saya sarjana pengangguran, tapi saya menikmati sebuah pekerjaan dirumah, yang bisa kapanpun libur, kapanpun saya mau istirahat, kapanpun saya mau liburan, dan masih banyak lainnya.

Bekerja atau tidak itu adalah sebuah pilihan, bukan soal pendidikan yang menentukan apakah orang itu bekerja dengan baik atau tidak, kita gak pernah tahu rejeki itu datangnya bagaimana, so setiap orang punya pilihan, dan pilihanku adalah bekerja dirumah dengan caraku sendiri

Posting Komentar

0 Komentar