Ternyata sesak nafas pada anakku karena alergi

Aku pernah membuat tulisan mengenai Alergi, kenapa aku sempet membuat tulisan alergi karena aku pernah mengalami reaksi alergi yang lain dari pada yang lainnya, dan akhirnya aku menemukan kejadian serupa terhadap alergi. Sungguh miris rasanya dan ingin aku menangis mengapa ini terjadi kepada saya untuk kedua kalinya. Sesuai dengan judulnya yup anakku mengalami reaksi alergi yang lain dari pada lainnya, yaitu dia mengalami reaksi sesak nafas dan batuk secara terus menerus jika tekontaminasi sesuatu, mungkin jika itu terjadi kepadaku, aku mungkin ikhlas dengan apa yang terjadi namun kali ini adalah anakku.

Mari bercerita sejenak, hai perkenalkan aku Putri seorang ibu anak 1, usiaku 31 tahun saat aku menulis tulisan ini, cukup tua ya ternyata, dan usia anakku 3 tahun. Kejadian ini bermula dari beberapa bulan lalu, namun aku batu sempat menulisnya dalam tulisan ini. 

*Dilarang mengambil foto tanpa ijin untuk keperluan apapun


Sebelum anakku usia 3 Tahun
Jika temen-temen pembaca pernah baca celotehanku mengenai aku menjadi ibu rumah tangga, disitu aku pernah membahas kalau anakku turun BBnya dan aku sempat dihujat karena berat badan anakku turun sangat drastis. Akhirnya karena hujatan tersebut aku gonta ganti DA (Dokter Specialist Anak) dari yang profesor, bahkan sampai ke junior semua aku jelajahi. Aku gak punya asurasi dan anakku juga belum terdaftar BPJS kantor suami. anakku hanya punya BPJS KIS namun aku enggan menggunakan, karena prosesnya akan melalui puskesmas dan aku gak mau diagnosa yang gak jelas nantinya (mohon maaf aku kurang percaya dengan puskesmas :( jadi mohon dimaklumin dan dimengerti)

DA pertama menyatakan bahwa anakku memiliki bronkitis yang disebabkan oleh udara sekitar atau bahkan turunan (genetika) tapi anehnya dia selalu kambuh tiap bulan, jadi obat dari dokter itu hanya bekerja sebentar saya. 3-6 bulan berjalan akhirnya aku memutuskan untuk pindah DA, waktu itu lagi gempar Corona, aku membawanya ke DA di salah satu RS diSurabaya, Dokter tersebut menyatakan anakku terpapar Corona, jadi harus di Swap dulu dan dicek secara keseluruhan, lah feelku sebagai seorang ibu adalah dia sakit antara tipus dan DBD, aku diberi rujukan surat lab untuk swap dan periksa darah. ibu mana anak usia dibawah 2 tahun harus melakukan swap? jelas rasa ibaku besar sekali lebih baik aku atau ayahnya saja yang diswap dari pada anak dengan usia segitu harus di swap, akhirnya dengan pikiran bodohnya kita lari ke salah satu lab swasta dan meminta untuk tes darah. alhasil ternyata tes darah tersebut semua hasilnya normal dan bersih, waktu tes darahpun aku gak tega dan nangis, apalagi swap. karena gak nemu penyakitnya apa, akhirnya aku lari ke DA pertama yaitu profesor yang cukup terkenal di kotaku.

Dan waktu itu DA tersebut hanya praktek pagi hari dan banyak apotek yang belum buka, dan ada Kimia Farma yang buka 24 jam atau K24 jam tidak ada yang mau menerima resep racikan tersebut, sedangkan badan anakku panas dan sesak nafas. akhirnya aku memutuskan untuk minta pertolongan salah satu rekanku yang bekerja di Apotek K24 untuk menolongku untuk apoteker atau asisten apotekernya meracik obat anakku karena bener-bener urgent saat itu. setelah obat tersebut dikonsumsi, alhamdulillah cukup membaik dan sudah kembali ceria setelah istirahat

Gonta Ganti Dokter Specialist Anak Hingga 5x
Setelah berobat jalan dengan DA pertama, dan karena lokasi tersebut cukup jauh dari rumahku dan DA tersebut hanya bisa pagi, yang paginya itu gak lumrah bagiku yaitu jam 6 pagi, dimana aku gak bisa dijam segitu, karena aku harus menghadap komputer hingga subuh dan aku baru bangun di jam 8-9pagi bareng anakku, akhirnya aku memutuskan untuk pinda DA, aku berkunjung ke RS sebelumnya dan aku memilih DA yang lain dari yang aku pilih sebelumnya, DA yang aku pilih cukup senior dan cukup ahli menangani anak stunting. Sebut saya dokter tersebut berinisial DN, setelah mendengarkan ceritaku tentang anakku, dokter tersebut memberikan opsi test terhadap anakku, karena anakku di curigai terkena TBC. sebagai orang tua, jleg banget hati rasanya. Ya Allah mana bisa anak usia dibawah 2 tahun begini. karena aku ingin mencoba dan bagian dari ikhtiar kami, maka kami iyakan menjali test tersebut. Qodarullah test tersebut hasilnya mendekati TBC, dan harus menjalani pengobatan selama 6 bulan. Masya Allah sungguh nikmat rasanya, akhirnya kami mengikuti perjalanan anak kami harus meminum obat TBC selama 6 bulan. dan qodarullah belum genap 6 bulan dokter DN meninggal dunia, sungguh rasanya ingin menangis, lalu gimana nasip anakku ini, akhirnya aku memutuskan ganti dokter DA lagi yang ada di RS tersebut, Dokter DA hanya melanjutkan terapi anakku 6 bulan TBC, dokter DA sebenernya beranggapan anakku gak terkena TBC karena sudah menjalani terapi 6 bulan jadi kami memutuskan melanjutkan sampai akhir

Perjalanan selama TBC 6 Bulan
Setelah menjalani pengobatn TBC 6 bulan dan akhirnya kami harus test lab lagi, deg degkan rasanya takut si anak harus lanjut, qodarullah ternyata bersih alhamdulillah anakku berhenti minum obat TBC. alhamdulillah juga bobotnya bertambah, tapi tetap setiap bulan kok masih sesak nafas dan batuk. Akhirnya dari sinilah kami memutuskan ganti DA lagi untuk ke-5x nya. 

Agak bodoh rasanya sampai gonta ganti sana sini. Dokter yang ke-5 ini adalah laki-laki di RS yang sama, sebut saya Dokter FZ. berdasarkan analisa dokter FZ si anak ini bukan TBC walaupun sudah lihat riwayat berobat anak tersebut, malaikan sama dengan DA yang pertama yaitu bronkitis ditambah kemungkinan besar dia alergi terhadap coklat. setelah hampir 2 tahun perjalanan ya allah ternyata coklat penyebabnya. 2 bulan pertama jelas tiap dia makan coklat ternyata kambuh, dan dibulan ke3 pengobatan dokter tersebut, sesak nafasnya sudah ditahap bahasa jawanya adalah nemen dan akhirnya si anak harus nebul. jam 9 malam kami nebul si kecil, sejak saat ini barulah gak tiap bulan sesak nafas tapi sekitar 2 bulan. dan tibalah dipuncaknya

Alergi sampai sesak nafas dan pembulu radah dimata pecah
Seperti biasa anakku mengalami batuk dan juga sesak nafas, lah kok isok, yes isok ae karena emaknya ini gak tega memberikan anak coklat, akhirnya si anak batuk. ku kira batuknya akan mereda karena anaknya masih aktif dan gak sesak nafas hanya batuk kering saja, akhirnya dia mengeluh ketika batuk perutnya sakit, aku bawa ke dokter DA FZ diresepkan obat, obat masih jalan dan obat habis ternyata batuk masih terus bekelanjutan dan gak berhenti, tapi si anak masih lanjut aktif bergerak. 

Karena biar happy terus, aku memutuskan membelikan si anak sepeda biar digunakan keliling komplek rumah, tapi ternyata pas bersepeda, selaput matanya merah seperti darah. syok bingung akhirnya cek jadwal dokter FZ ternyata gak praktek, dan bingung maka aku bawa ke dokter umum dibelakang rumah dengan membawa bekal resep dokter FZ, dari dokter umum diresepkan hampir sama dengan dokter FZ, dan seperti biasa anak masih happy dan aktif saja, aku bawalah main kerumah mertua.

Puncak Alergi
Dari sinilah aku sebagai ibu mulai gak waras punya otak, akhirnya aku kena percikan dari mertua, "put kok matanya tambah gitu, arek iki lapo" hanya kata-kata begitu saja membuatku bingung dan kawatir, langsungnya setelah sholat magrib, aku bawa anakku menuju RS yang biasanya aku tuju dimana dokter FZ biasanya praktek, aku bawa ke UGD, namun semua menolak karena kondisi mata si adek pembulu darahnya pecah, dan tidak ada dokter mata yang praktek pada jam tersebut, disarankan bawa ke RS mata, namun karena hari minggu RS mata di Kotaku tutup, akhirnya aku bawa anakku ke salah satu RS daerah Dr. Soetomo, aku larikan ke UGD, disana aku diminta menunggu karena kasus anakku gak Urgent.

Akhirnya setelah menunggu 30 menit kami bisa masuk dan mendapatkan penanganan. Dokter di UGD gak ada yang percaya anakku mengalami alergi hingga pembulu darah pada matanya pecah dan sesak nafas, menurut mereka karena jatuh atau hal lain, gimana mau jatuh keluar rumah aja gak pernah. akhirnya setelah menunggu proses yang lama, datanglah dokter mata untuk melakukan pengecekan, anakku belum bisa test alergi karena masih dalam tahap mengkonsumsi obat, dan aku memang belum sempat test alergi karena memang si anak selalu kena konsumsi obat. akhirnya hampir 24 jam di UGD RS Soetomo, dan melalui test darah dan torax, semuanya hasilnya bersih, matapun tidak terjadi apa-apa hanya saja karena batuk pecah pembulu darahnya.

Aku disarakan untuk test paru-paru anak keesokan harinya di RS Soetomo dengan membawa rujukan dan aku juga diberikan obat untuk anakku. aku pulang dengan hasil kosong bahwa emang bersih. dan karena aku gak waras aja sampek aku berubah-ubah dokter kesana kemari seperti orang gila.

Pulang dari Dr. Soetomo, suami memutuskan kerja karena waktu itu hari senin, dan aku memuruskan tidur. obat dari Dr. Soetomo aku konsumsikan ke anakku, dan setelah aku tidur, aku memutuskan mengajak kakakku untuk membeli kopi di Indomaret Point dekat rumah. setelah minum kopi, aku berkata ke kakakku "Mbak kok rasane aku iki koyok wong gendeng yo, pindah-pindah dokter obat siji belum kelar ganti maneng, kok koyok wong gak waras" artinya dalam bahasa Indonesia, mbak kok rasanya aku ini seperti orang gila ya, pindah-pindah dokter, obat satu belum selesai sudah ganti lagi, seperti orang gak waras. 

Setelah kerjadian itu aku telfon suamiku, "Mas sepertinya aku mau ikhtiar obat dari dokter umum yang seperti resep obat dari dokter FZ, obat dari Dr. Soetomo aku stop dulu, aku tunggu seperti kata dokter mata di Soetomo 2 minggu pemulihannya, kalau sampai 2 minggu gak sembuh, oke ke dokter paru rujukan dari Soetomo"
 

 

Akhirnya aku hanya konsumsikan obat sebelumnya, dan menanti 2 minggu recovery, qodarullah ternyata setelah obat habis dan 2 minggu alhamdulillah semuanya membaik, ya Allah begini rasanya menjadi seorang Ibu, rasanya campur aduk, alhamdulillah setelah itu aku lebih hati-hati dan sedikit memberikan coklat karena takut kambuh lagi. alhamdulillah hampir 3 bulan lamanya si anak gak kambuh, dan tepat pada 17 Agustus kemarin dia kambuh karena terlalu berlebihan makan coklat, dan karena waktu itu tanggal merah gak ada dokter buka, aku hanya bergantung ke copy resep dari dokter umum tersebut, kelilih apotek semuanya menolak, akhirnya pergi dengan kakakku yang kebetulan dia Apoteker salah satu apotek mau membantu dan meracikan obat tersebut, untuk bahan yang tidak bisa diulang gak diberikan, dan karena si anak sesak nafas dan gak ada stok barulah si asisten apoteker atau apoteker apotek tersebut membantuk, qodarullah obatnya bekerja degan baik dan sembuh, dan dibulan 9 si adek kumat lagi aku bawa kembali ke dokter tesebut dan disarankan kami harus  punya stok untuk pertolongan pertama si kecil. 

alergi itu sepele rasanya tapi ternyata memiliki banyak kategori yang dampaknya luar biasa. dan luar biasa juga sebagai seorang Ibu. Teruntuk anakku, aku tetap bahagia atas kehadiranmu dihidupku walapun kamu dan aku harus melalui semua ini, maaf telah terlahir di rahimku, maaf telah menjadi anakku dan harus menjalani seperti ini. Semangat untuk kita bertiga menjalani semuanya ini


*tulisan ini dibuat hanya untuk sharing dan edukasi bahwa alergi bukanlah hal sepele seperti gatal-gatal tapi bisa berakibat fatal. terimakasih

Posting Komentar

0 Komentar